Minggu, 15 Juni 2008

MITOS
By Romo Sapto


Mitos sebuah bakat manusia yang tidak mungkin bisa di hapuskan di dalam pembawaannya, namun dia hanya bisa di kendalikan agar kehidupannya seimbang dengan akal pikiran, agar bisa di batasi. Andai saja manusia gegabah hanya mengutamakan atau tidak dengan sadar diri dengan dunia keyakinan mitos-nya, maka manusia itu akan terpola dalam alam angan – angan, harapan, cita – cita untuk mewujudkan serta menanti keinginan dan kehendaknya serta akan terus terbuai.
Haruslah ada niatan untuk menyeimbangkannya. Ketika hidup di atas bumi hanya mengutamakan akal pikiran yang syarat dengan batasan yang membatasi dunia mimpi dan angan – angan maka kehidupan dunia bagi manusia akan tidak seimbang kehidupannya. Hukum material yang nyata yang penuh segalanya di tentukan oleh pertimbangan matematis haruslah melalui batasan akal pikiran. Rasio, logika, nalar, riil, nyata seperti yang ada dalam prosesi material wujud, bentuk, nama, keinginan dan kehendak yang teraplikasi dan perbuatan serta perilaku akan selalu membuahkan hukum sebab dan akibat yang matematis di alam nyata.
Pertimbangan sebab dan akibat hukum material juga membuahkan kenyataan yang pincang jika tidak mempedulikan kehidupan hukum rohani yang tanpa batas, ruang dan waktu. Sejujurnya, manusia memiliki bakat mitos. Kehidupan angan – angan, imajinasi, khayalan, mimpi, keinginan, cita – cita dan lainnya selalu ada di dalam diri manusia. Sebuah seni di perlukan untuk mengatasi segala hal yang tanpa batas tersebut. Seni hidup untuk mengatasi bakat mitos agar manusia tidak terhampar di alam angan – angan dan mimpi, tetapi menyadari fungsi dan peran kehidupannya terletak pada kehidupan nyata.
Begitulah seni sungguh di butuhkan sebagai model pengetahuan untuk mengatasi segala hal yang abstrak di dalam pembawaan manusia. Dari seni menjadi pengetahuan yang terbatasi yang menandai kemampuannya menjadi data memori untuk mengatur dan mengendalikan sifat pembawaan mitos manusia. Akhirnya berbagai ilmupun terbit di hadapan manusia untuk di tawarkan sebagai cara serta tuntunan sebuah panduan untuk bertahan dan mempertahankan hidup yang baik bagi kehidupan. Terjadilah cabang – cabang – cabang ilmu pengetahuan yang di tawarkan manusia agar di serap dan mengetahui segala fenomena yang abstrak atau yang tak terjangkau. Ibarat seorang anak terlahir di dunia, orang tua dan lingkungannya berkewajiban menghantarkan segala seni-nya, agar anak memiliki pengetahuan untuk bertahan dan mempertahankan hidupnya esok hari. Orang tua membatasi anaknya agar tidak cenderung berimajinasi dan berkhayal, tetapi secara sabar menanti penyerapan anaknya atas segala pengetahuan orangtuanya di dalam seni. Begitulah berfungsinya seni di hadapan manusia untuk menjaga keseimbangan hidup antara akal pikiran dan alam perasaan serta budi atau menjaga keseimbangan hidup alam material dan rohani.
Peradaban manusia begitu tertaih – tatih atas segala persolan tersebut, demi menjaga keseimbangan hidup anatara alam rohani dan material. Banyak sekian senimanmu berkarya membahasakan segala yang abstrak dan segala ilmuwanpun halnya sama menguraikan tindakan seniman dan segala fenomena abstrak untuk di rasionalisasikan ke alam pengetahuan material.
Tidak hanya sebatas pengertian itu saja. Banyak pemikir dunia masa silam dan kini berusaha mengejawantahkan segala hal dengan segala hal penyerantanya, berlomba memberikan batasan – batasan atas segala pembawaan mitos manusia tentang keabstrakan. Model manusia tersebut berusaha memberikan tatanan dan nilai. Tidak heran jika saat ini banyak dari mereka menyumbangkan tatanan dunia secara global bagi seluruh umat manusia. Mereka menghantarkan nilai tersebut dalam ideologi pemikiran, mashab, isme, dogma, filsafat pemikiran, dll. Apabila di tengok di dalam kekinian zaman tentang peradaban umat manusia saat ini, sebuah nilai akan menjadi perangkat lunak (software) yang kejam dan akan menjadi baik serta mulia jika di selenggarakan dalam cara yang baik. Persoalan nilai inilah hadir sebagai strategi kebudayaan bagi umat manusia dengan berbagai macam cara yang menjadi pilihannya. Terlihat jelas bahwa kesemuanya berangkat dari sifat pembawaan mitos manusia yang tidak bisa di hindari.
Siapakah yang menentukan hari esok untuk keselamatan kita. Pandanglah di tiap batas individu kita dan lihatlah Bantul dan Aceh yang lebih luas batasnya, tetap tidak berdaya menentukan persoalan yang sekejab itu. Perlu di ingat demi keselamatan jasmani dan rohani tetaplah harus menjaga dalam rangkaian kesadaran agar tidak terlena oleh keadaan dengan cara takabur. Demi persoalan cara yang baik untuk mengendalikan sifat pembawaan mitos manusia maka di perlukan medium Memayu Hayuning Bawana, demi keselarasan, keharmonisan dengan mewujudkan keseimbangan hidup, agar kesadaran diri tercipta.

Myth, Mythical, Mystique, Mystic, Mythology, Mythological + Ethos
Rahasia, abstrak, gaib, tak terhingga, tak terbahas, tidak rasional, di luar batasan, dongeng yang tak terbantahkan karena tidak terbukti dan menghindari rasionalitas + Cita- cita, harga diri, kebudayaan, pola, kebiasaan

Tidak ada komentar: