Minggu, 27 Juli 2008

Gemblengan

KESAKSIAN GEMBLENGAN

Sembuhkan Keluarga

Setelah mengikuti gemblengan yang dibimbing ROMO SAPTO, kini saya dapat menyembuhkan anggota keluarga yang sering sakit-sakitan. Seperti anak yang sering muntah, panas, batuk, cerewet dan keseleo. Serta orang tua yang tidak bisa buang air kecil. Waktu mengikuti gemblengan, telinga seperti mendengar suara angin melambai-lambai dan ketika membuka mata teramat terang. Saya sangat berterima kasih pada Paguyuban Tri Tunggal khususnya ROMO SAPTO yang telah mengembleng saya menjadi penyembuh.(*)
Oey Hendra Kurniawan
Jl. Krendang Rt/Rw 001/007, Duri utara, Tambora, Jakarta Barat
Telp. 021-6309867, 081519186786 atau 08881092684

Langsung Bisa Menyembuhkan

Saya ikut gemblengan di jakarta pada tanggal 28 April 2007. Saat digembleng terdengar alunan kidungan jawa. Hawa hangat pun terasa di seluruh tubuh. Pagi harinya, saya langsung bisa menyembuhkan member yang badannya meriang panas dingin dan batuk pilek. Saya suruh berdoa menurut keyakinan dan saya konsentrasi, eh lha kok katanya sudah tidak meriang lagi. Saya terkesan dengan gemblengan Paguyuban Tri Tunggal, hanya dalam waktu singkat saya langsung bisa menggunakan ilmu penyembuhan. Terima kasih Romo Sapto, Mas Mody. (*)
Purbo Santoso
Jl. Angkasa Blok A1 No 27 Bsd Tangerang
Telp. (021) 5384342 atau 081339535367

Kepuasan Tersendiri

Saat saya mengikuti gemblengan awalnya tidak merasakan apapun tapi lama-lama kok ada sesuatu yang sangat aneh. Terasa ada yang membawa ke alam lain. Saya kaget dan terjaga, ternyata masih dalam prosesi gemblengan. Setelah digembleng selang beberapa hari ada tetangga yang mengeluh sakit digusi tapi bukan sakit gigi. Terus saya mencoba menolongnya dan Alhamdulillah sembuh. Itu pengalaman saya, ternyata ada perasaan puas bisa menolong orang lain.
Jajang Hermansyah
Kp. Babakan Pasir Kalong Rt 14/07 Antajaya Tanjungsari Bogor
Telp. 081806066363

Sembuhkan Kanker Rahim & Payudara

Saya sangat berterima kasih kepada Satguru Romo Sapto dan Paguyuban Tri Tunggal yang telah berkenan memberikan sedikit ilmu sehingga kini saya bisa menyembuhkan. Alhamdullillah, atas ridho Tuhan, selama ini penyakit seperti darah tinggi, kanker payudara, kanker rahim dan juga pendarahan tersembuhkan. Untuk mengasah ilmu yang saya miliki sekarang, saya mengikuti pelatihan di Paguyuban Tri Tunggal Cabang Semarang. (*)
Sunipah, SH (42)
Jl. Durian Utara II/27 RT 01/01 Srondol Kulon Semarang
Telp. 085865602964

Minggu, 15 Juni 2008

KOSMOLOGI
PENDIDIKAN BERKEBANGSAAN
Java Script & Java Coffee bagi anak bangsa yang sedang berseteru

Melihat kisah murwokolo (red-purbakala), sebagai kosmologi nusantara. Diawali kisah Sang Hyang Wisesa memerintah Sang Hyang Wenang dengan janturan bunyi gema kendi gentanya (gema sangkakala), hingga Sang Hyang Wenang memperanakan Sang Hyang Tunggal yang disebut putra ontang-anting. Sang Hyang Tunggal melahirkan telur jagat yang disebut tigan anom (3 calon generasi terjadinya jaman dan jagat), yaitu Togog, Semar dan Bethara Guru. Kisah telur jagat yang akhirnya meneruskan generasinya, yaitu purusa (budi), atma (rasa) dan prana (pikiran dunia) dalam sebuah terjadinya pengetahuan (pendidikan) dalam rangkaian sebab-akibat.
Dari sisi kisah tersebut, ditemukan sebuah matrix kosmologi yang membidani kepribadian kebangsaan Indonesia yang dilatarbelakangi sebuah perbedaan sistem karakter dan sifat, tetapi dipertemukan dalam satu dharma (bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangwra) yaitu berdirinya jaman dan jagat beserta isi dan fenomenanya. Kosmologi yang didapat dalam peristiwa itu adalah, adanya perhitungan gema hari kendi genta yang bulat dalam slendro dan pelog mewarnai kosmologi nusantara. Slendro menghasilkan hitungan nada 1 yang mewakili arah kejadian awal timur, lahirnya api dan pasaran legi. Nada 2, lahirnya angin/bayu dari arah selatan yang disebut pahing. Nada 3, lahirnya air dari barat dengan pasaran pon. Nada 5, lahirnya tanah/wujud material dari utara atau yang disebut peristiwa wage dan nada 6, lahirnya langit diapit empat penjuru yang disebut Kliwon. Sedangkan nada Pelog, diawali 1 lahirnya tejo dan cahya atau badranaya jatuh hari senin atau candra soma. Nada 2, lahirnya roh hidup ismaya hari selasa/brahma angkara/anggara. Nada 3, bumi/budha atau rabu atau manikmaya. Nada 4, lahirnya wrahaspati/peteng atau kamis. Nada 5, lahirnya lintang atau langit sukra yang disebut jumat. Nada 6, banyu tumpah, tumpak atau saniscara atau sabtu. Nada 7, surya nyawa radete atau minggu.
Formasi gema alam semesta dalam slendro dan pelog melahirkan formasi alam semesta, seperti tata surya dan galaksi, sampai tata surya bintang, yang diwakili 30 Dewa putra Betara Guru, Semar dan Togog yang disebut Wuku. 12 Dewa yang melahirkan pranata mangsa yang terlahir dari sifat roda unsurnya. Lahirnya wara-wara, candra, suda, kamarokam, watak sengkan dan laku-laku unsur, serta unsur hawa dan nafsu alam dan jiwa pikiran, perasaan dan budi manusia, dll. Formasi gempa dalam sebuah janturan murwakala slendro dan pelog tidak berhenti hingga saat ini. Tetaplah mengisi aktivitas alam semesta dan makhluk hidup atau perilaku manusia hingga detik ini.
Secara kosmologi, tujuan pendidikan akan melahirkan hakekat budaya (pola pencerahan budi), sebuah tuntunan dari proses belajar (menyerap kehidupan) dan mengajar (menebarkan pengetahuan), terjadinya kosmik semesta beserta manusia, terbagi dalam tiga calon anom (roda generasi). Bethara Guru, sebuah lakon Guru Besar yang melahirkan generasi pengetahuan yang tidak memiliki pendirian atau kepribadian (RED-pengetahuan yang melekat dengan kekuasaan dan kesombongan spiritual). Togog (Bethara Antaga), lakon Guru Besar bagi generasi pengetahuan bangsa sebrang yang lebih pada kemelekatan duniawi (RED-pengetahuan yang melekat dengan nilai-nilai materialisme atau penguasaan duniawi). Semar, lakon Guru Besar bagi generasi yang berjuang memperoleh kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran melalui jalan penderitaan dan kesengsaraan (usaha dan upaya) untuk membangun jagat dan jaman yang kedamaian dan ketentraman.
Sisi itulah sebuah pendidikan harus memenuhi pengetahuan rekonsiliasi di dalam jiwa Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangwra atau walaupun berbeda-beda cara tapi tetap bertemu dalam dharma yang satu tujuan, yaitu jati diri bangsa. Melihat generasi Guru Besar anom tigan itu, menentukan kehidupan jagat dan jaman kita yang selalu bertaruh pengabdian. Kisah Bethara Guru, sebagai Guru Besar melahirkan Bethara Kala & Durga (kali), hasil dari sebuah pelajaran kehidupan sebagai batas perseteruan ideal prinsip dan persepsi antara benar dan salah yang harus dibatasi peranannya. Dipertemukanlah sebuah pengetahuan yang tanpa batas dan abstrak dibatasi oleh ketidak-abadian atau keterbatasan, agar ditemukan sebuah nilai, definisi, istilah yang disepakati dan mewakili peranan logi/logos nalar manusia. Agar nalar-nalar murni tidak saling bertikai.
Sedangkan togog dan semar ditemukan batasan untuk memisahkan keabstrakan, mitisme sebuah nalar murni yang cenderung absolut dan tanpa batas dengan peristiwa perwujudan Gunung Jamurdipa. Dimana Togog tidak mampu menelan buah pengetahuan (Gunung Jamurdipa), sedangkan semar mampu menelan Gunung Jamurdipa. Dari situlah Togog menentukan pilihan untuk melekat dengan segala bentuk nilai materialisme di dalam ideal dan nilainya. Sedangkan semar ditemukan nilai hubungan antara materialisme dan mentalisme (jembatan nalar jasmani dan rohani). Terlihat ketika Semar selalu bertugas mewujudkan/mewantahkan segala bentuk harapan dan impian yang belum pasti. Kewantahan membahasakan segala yang tidak pasti dan tidak jelas, dengan jalan belajar dan mempraktekkannya dalam karya nyata inilah yang dimiliki oleh semar. Itulah yang disebut parodi matrik sebuah nalar Semar Ngejowantah atau Semar Mbangun Kahyangan.
Inti dasar dari pengertian di atas adalah proyeksi sebuah pendidikan Dharma Ksyatriya tigan anom sebagai titah hidup, yaitu tanggung jawab mengisi kehidupan dengan keseimbangan, keharmonisan dan kedamaian sebagai simpul pengetahuannya atau konteks pembebasan belenggu kebodohan. Oleh daripada itu, diperlukan sebuah metodelogi, yaitu murwokolo atau mengenang sejarah purbakala. Tujuan pokok adalah mengembalikan Dharma Ksyatriya ke dalam fitrahnya masing-masing dalam peran profesinya.
Untuk memberikan stimulan Dharma Ksyatriya maka diperlukan perangkat semangat memori tentang sejarah bangsa. Dharma Ksyatriya sesuai dengan fitrahnya ini diharapkan mampu membangkitkan kesadaran kognisi dan empirik sebuah perjuangan belajar dan mengajar demi kebangkitan nasional. Dengan memilih metoda gaya dari salah satu tigan anom, maka akan kita mengerti gaya nalar kritis kita dalam menterjemahkan nalar murni dalam sebuah logos atau logika. Tentu kenyataan itu sebagai permasalahan inti dalam berkebangsaan, yaitu tugas semua elemen bangsa yang mengisi peran profesinya masing-masing dalam persatuan dan kesatuan bangsa. Agar tidak saling tumpang tindih atau berseteru. Perseteruan anak-anak bangsa dewasa ini yang diakibatkan oleh kemampuan dari batas menyikapi nalar murni, yang cenderung mitis dan absolut atau murni dan terus teguh tanpa henti memperjuangkan absolutisme nalar murni berasal, sekalipun berhadapan. Kegagapan dalam menyikapi nalar murni samahalnya lari dari kenyataan logis, dan hasilnya sebuah pemaksaan/perseteruan yang berakibat sebuah pertikaian. Alangkah indah jika dalam berkebangsaan mampu seperti Semar yang selalu melakukan pengabdian dan melayani. Semar datang di saat goro-goro bukan datang untuk dilayani, tapi melayani.
Usaha dan upaya jalan keprihatinan dan kesengsaraan Semar ini dilakukan untuk membenahi bangsa yang carut marut nilai dan tumpang tindih nilai. Jati diri akan terbangun dalam identitas kepribadian bangsa jika anak-anak bangsa mampu menentukan permasalahan nilai’nya. Bergantung diri kita, apakah kita memilih kepribadian yang bernalar mashab murni Togog (tebaran nilai kekerabatan/kooperasi liberal dunia dari mashab demokratian), Betara Guru (tebaran nilai kekerabatan/kooperasi liberal dunia dari mashab republikan) atau Semar (tebaran nilai guru besar yang berpihak pada kekerabatan kepribadian bangsa/membangun jati diri). Silahkan pilih dari model kosmologi pendidikan bangsa kita. Jika anda memilih demi kebangkitan bangsa tentu memilih semar. Artinya sebuah pesan jangan berseteru tapi berusaha dengan keprihatinan membangkitkan vitalitas kebangsaan, agar menemukan jati dirinya kembali. (***)
MITOS
By Romo Sapto


Mitos sebuah bakat manusia yang tidak mungkin bisa di hapuskan di dalam pembawaannya, namun dia hanya bisa di kendalikan agar kehidupannya seimbang dengan akal pikiran, agar bisa di batasi. Andai saja manusia gegabah hanya mengutamakan atau tidak dengan sadar diri dengan dunia keyakinan mitos-nya, maka manusia itu akan terpola dalam alam angan – angan, harapan, cita – cita untuk mewujudkan serta menanti keinginan dan kehendaknya serta akan terus terbuai.
Haruslah ada niatan untuk menyeimbangkannya. Ketika hidup di atas bumi hanya mengutamakan akal pikiran yang syarat dengan batasan yang membatasi dunia mimpi dan angan – angan maka kehidupan dunia bagi manusia akan tidak seimbang kehidupannya. Hukum material yang nyata yang penuh segalanya di tentukan oleh pertimbangan matematis haruslah melalui batasan akal pikiran. Rasio, logika, nalar, riil, nyata seperti yang ada dalam prosesi material wujud, bentuk, nama, keinginan dan kehendak yang teraplikasi dan perbuatan serta perilaku akan selalu membuahkan hukum sebab dan akibat yang matematis di alam nyata.
Pertimbangan sebab dan akibat hukum material juga membuahkan kenyataan yang pincang jika tidak mempedulikan kehidupan hukum rohani yang tanpa batas, ruang dan waktu. Sejujurnya, manusia memiliki bakat mitos. Kehidupan angan – angan, imajinasi, khayalan, mimpi, keinginan, cita – cita dan lainnya selalu ada di dalam diri manusia. Sebuah seni di perlukan untuk mengatasi segala hal yang tanpa batas tersebut. Seni hidup untuk mengatasi bakat mitos agar manusia tidak terhampar di alam angan – angan dan mimpi, tetapi menyadari fungsi dan peran kehidupannya terletak pada kehidupan nyata.
Begitulah seni sungguh di butuhkan sebagai model pengetahuan untuk mengatasi segala hal yang abstrak di dalam pembawaan manusia. Dari seni menjadi pengetahuan yang terbatasi yang menandai kemampuannya menjadi data memori untuk mengatur dan mengendalikan sifat pembawaan mitos manusia. Akhirnya berbagai ilmupun terbit di hadapan manusia untuk di tawarkan sebagai cara serta tuntunan sebuah panduan untuk bertahan dan mempertahankan hidup yang baik bagi kehidupan. Terjadilah cabang – cabang – cabang ilmu pengetahuan yang di tawarkan manusia agar di serap dan mengetahui segala fenomena yang abstrak atau yang tak terjangkau. Ibarat seorang anak terlahir di dunia, orang tua dan lingkungannya berkewajiban menghantarkan segala seni-nya, agar anak memiliki pengetahuan untuk bertahan dan mempertahankan hidupnya esok hari. Orang tua membatasi anaknya agar tidak cenderung berimajinasi dan berkhayal, tetapi secara sabar menanti penyerapan anaknya atas segala pengetahuan orangtuanya di dalam seni. Begitulah berfungsinya seni di hadapan manusia untuk menjaga keseimbangan hidup antara akal pikiran dan alam perasaan serta budi atau menjaga keseimbangan hidup alam material dan rohani.
Peradaban manusia begitu tertaih – tatih atas segala persolan tersebut, demi menjaga keseimbangan hidup anatara alam rohani dan material. Banyak sekian senimanmu berkarya membahasakan segala yang abstrak dan segala ilmuwanpun halnya sama menguraikan tindakan seniman dan segala fenomena abstrak untuk di rasionalisasikan ke alam pengetahuan material.
Tidak hanya sebatas pengertian itu saja. Banyak pemikir dunia masa silam dan kini berusaha mengejawantahkan segala hal dengan segala hal penyerantanya, berlomba memberikan batasan – batasan atas segala pembawaan mitos manusia tentang keabstrakan. Model manusia tersebut berusaha memberikan tatanan dan nilai. Tidak heran jika saat ini banyak dari mereka menyumbangkan tatanan dunia secara global bagi seluruh umat manusia. Mereka menghantarkan nilai tersebut dalam ideologi pemikiran, mashab, isme, dogma, filsafat pemikiran, dll. Apabila di tengok di dalam kekinian zaman tentang peradaban umat manusia saat ini, sebuah nilai akan menjadi perangkat lunak (software) yang kejam dan akan menjadi baik serta mulia jika di selenggarakan dalam cara yang baik. Persoalan nilai inilah hadir sebagai strategi kebudayaan bagi umat manusia dengan berbagai macam cara yang menjadi pilihannya. Terlihat jelas bahwa kesemuanya berangkat dari sifat pembawaan mitos manusia yang tidak bisa di hindari.
Siapakah yang menentukan hari esok untuk keselamatan kita. Pandanglah di tiap batas individu kita dan lihatlah Bantul dan Aceh yang lebih luas batasnya, tetap tidak berdaya menentukan persoalan yang sekejab itu. Perlu di ingat demi keselamatan jasmani dan rohani tetaplah harus menjaga dalam rangkaian kesadaran agar tidak terlena oleh keadaan dengan cara takabur. Demi persoalan cara yang baik untuk mengendalikan sifat pembawaan mitos manusia maka di perlukan medium Memayu Hayuning Bawana, demi keselarasan, keharmonisan dengan mewujudkan keseimbangan hidup, agar kesadaran diri tercipta.

Myth, Mythical, Mystique, Mystic, Mythology, Mythological + Ethos
Rahasia, abstrak, gaib, tak terhingga, tak terbahas, tidak rasional, di luar batasan, dongeng yang tak terbantahkan karena tidak terbukti dan menghindari rasionalitas + Cita- cita, harga diri, kebudayaan, pola, kebiasaan

Kamis, 12 Juni 2008

FILM
Mimpi (Imajinasi x Khayalan)2+Usaha = Kenyataan

(Oleh : Sapto Raharjo Langit)


Pandangan yang telah terintegrasi ketika batasan tebal budaya timur dan barat terjadi sebagai pemisah kultural dan struktural. Padahal masing adalah simpul pilihan filsafat menentukan cara atau gaya bertahan hidup. Makna keterbelakangan dan maju sebagai komando pemisah antara modern dan tradisional. Ketika gelombang gaya yang efisien, efektif, operasional serta fungsional melanda sebagai jalur transformasi nilai ketika diperbandingkan. Nilai tradisional yang erat dan hormat dengan ekosistem, ekologi, ekonomi hingga eko-eko yang lain hanya hidup di gorong – gorong kota. Desa simbol tradisi bertransformasi menjadi kekota-kota-an. Belut, cacing tanah, mikro organisme, kerbau, ular yang berjasa menyuburkan tanah pertanian eksodus mencari lahan yang tak terjamah modernisasi.
Berpikir dan bertindak secara rasional tidak dapat diungkap secara sederhana karena harus melalui tahapan struktural dan kultural. Layak sudah tanah yang mengeras akibat DDT dan Urea (hasil modernisasi) menggantikan kosmos lambat laun mematikan lahan tani. Bahkan lahan – lahan tani saat ini telah capek karena telah diperdaya untuk berproduksi. Begitulah floating mass akan terjadi ketika kebutuhan primer tidak mencukupi dan harus import. Mungkin postmodernisme sebagai penengah dua keadaan tersebut ibarat kebutuhan antara kebutuhan jasmani dan rohani terpenuhi secara seimbang.
Film cenderung menawarkan impian dan tamasya spiritual. Sebuah proyek hiperialitas di dalam visi misinya. Proyek keinginan dan harapan yang dicita-citakan sebelum kenyataan terjadi di bina berketerusan. Hingga pandangan kosmologi original berubah menjadi modern atau tidak terbelakang. Ibarat mengusir habitat natural menuju lahan kota dengan impian dan imajinasi menawarkan sebuah kenyataan. Negara modern (maju) selama ini tetap eksis dan mampu menghidupkan sistem operasional, fungsional dan struktural-nya karena tidak lelah memproduksi mimpi hiperealitas-nya. Kapan Indonesian Dream’s menjiwai film nasional dengan mengikuti kehendak batasan paradigma kepribadian nasional-nya.
Rasionalitas film hollywood hingga rumah-rumah produksi eropa sampai bollywood sebagai perusahaan pencipta impian dan khayalan. Impian dan kahayalan yang tersistematis itu kita sebut dengan dongeng atau mitos – mitos baru mereka. Film sebagai metodelogi perpanjangan sistem indera, pikiran, perasaan hingga budi yang melintas di benak siapa saja yang menyerap. Kemampuan strategis itulah yang mampu merubah tatanan struktural dan kultural kosmologi menjadi kosmologi baru (mitos baru). Mempengaruhi struktur dan kultural ouikemene yang telah mapan tanpa resiko. Menjajah dengan biaya sosial yang nyaris rendah bahkan untung.
Panduan gaya berkooperasi, berkerabat dan bersenggama dengan jaringan masyarakat internasional menentukan harga sebuah pemisah kepribadian yang siap dipertarungkan. Pasar bebas (kompetitif) sebagai ujian agar tetap bertahan hidupnya. Sederhananya, multi-nasional kooperasi di berbagai aspek selalui diiringi penciptaan imajinasi memori terlebih dahulu. Dengan memutar film, maka jaring – jaring jala terhubung dan melekat di dalam memori imanatif penikmatnya. Kelangsungan hidup itulah berpengaruh dalam bisnis yang tidak mampu lepas dalam jaring – jaring kapital (modal) sebagai prasarana pembentuk ideal pasar. Terkadang ideal terbentuk oleh kompetisi pasar yang secara singkatnya merubah kultur kosmologi.
Kosmologi, etnologi, semiotika-linguistik di dalam suguhan film selalu menyertainya. Dari sinilah perspektif kebudayaan membawa strategi-strateginya dalam sebuah kajian. Apakah Film Indonesia yang mampu membawa segepok gagasan selalu cenderung tanpa kajian perspektif kebudayaan ? apakah film Indonesia mampu menumbuhkan cacing tanah, belut hingga mikro-organisme liar hidup di persawahan dan melahirkan kerbau-kerbau dan ular menjadi teman para petani ? apakah film Indonesia mampu menyuburkan tanah, hingga petani jinak menggarapnya?
Film hantu “horor” lebih mujarab untuk mengusir gaya mental hedonis yang menyerang para remaja Indonesia. Setidaknya kosmologi kepribadian bangsa terbangun mandiri sedikit demi sedikit. Jika film hantu dipersoalkan dan sudah tidak menakuti, di karenakan hantu itu telah bersatu dipola pikir manusia. Apakah sepantasnya dibiarkan ketika manusia telah menjelma menjadi iblis atau sebaliknya. Akhirnya kesadaran gen-ial mistis tidak terbangun sesuai dengan kosmologi yang sebenarnya, karena hantu – hantu sudah tak terlihat dipinggir – pinggir kuburan.
Salah satu batasan modern dan rasional yang telah terpapar diatas nyaris menyisipkan dasar-dasar tanpa logos. Persoalan penyebab yang luput dari persoalan film adalah imajinasi yang mencipta hipokritis bangsa, dekadensi moral hingga masyarakat yang konsumtif diakibatkan oleh perubahan kosmologi. Apakah film Indonesia di tahun 2008 ini tidak menjawab kenyataan itu. Padahal hal yang paling sederhana untuk menjawab kenyataan-kenyataan itu dengan ditayangkannya film horor atau kisah-kisah hantu (berbeda dengan kisah – kisah Tuhan yang ada disinetron). Mengapa film horor harus dipersoalkan sebagai hal yang terbelakang dan tidak rasional? Justru proses transformasi menghantarkan kosmologi baru (mitos baru). Inti pokok ini ditawarkan sebuah pertimbangan batasan rasionalitas dan tidak logos. Selebihnya patut dibicarakan tentang perubahan kosmologi yang nyaris menghancurkan struktur dan kultural bangsa ini. Patut direfleksi, perlu perjalanan 30 tahun lebih ke depan untuk merubah kosmologi lama menjadi kosmologi baru menjadi mapan. Apakah sudah sepantasnya film Indonesia di tahun 2008 ini mengawali dirinya sebagai agen-agen ganda negeri kooperasi demi menciptakan dunia mitos yang baru?
Apabila dilihat dalam sebuah kajian Film sesuai perspektif kebudayaan sebagai penentu pasar terbagi oleh empat isu dalam wacana Indonesia dream’s. dominasi sub-ordinasi mazhab demokrat, mazhab republik, mazhab kepribadian bangsa dan mazhab teokrasi. Perlu dijawab lebih awal sebagai modul pertanyaan yang harus dijawab bagi film Indonesia dari masa mendatang. Sekali lagi, semaraknya film horor adalah pemberontakan kritis terhadap proyek modernitas sebagai berbangkitnya wacana kognisi.